A. Sejarah Masyarakat Adat Semelinang
Undang-Undang Kesultanan Indragiri yang mulai dikonsep pada masa Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan gelar Nara Singa II, Raja Keritang ke-IV Raja Indragiri ke-I (1508-1532) yang disempurnakan oleh Sultan Hasan Salahuddinsyah Sultan Indragiri ke-13 (1735-1765) menyebutkan struktur Kesultanan Indragiri sebagai berikut:
BUMDES Semelinang Tebing menjadi satu-satunya BUMDES penerima dana Program Pemberdayaan Desa Tahun 2013. Pada tahun 2013, Indragiri Hulu hanya sanggup memberikan dana tersebut kepada 10 desa.
Terjadinya kekeringan, kegersangan dan ketandusan di Semelinang Babu Desa Semelinang Darat Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu merupakan sumber bencana yang sewaktu-waktu siap meluluhlantakkan DAS Semelinang.
Lanjutan Hak Ulayat Semelinang Babu
A. MIGRASI
Masyarakat Riau pada masa lalu mengandalkan transportasi sungai, oleh karenanya pemukiman masyarakat berfokus pada sungai dan anak-anak sungainya. Semenjak berjalannya pemerintahan Belanda, telah mulai dibuka jalan raya, meskipun belum memadai untuk dilalui dan tetap mengandalkan sungai sebagai jalur transportasi utama.
Menjadi satu-satunya perahu dari Indragiri Hulu dalam Festival Jalur Pangean, Kuantan Singingi 5-7 Mei 2015 Rengas Sakti dari Napal Semelinang Tebing Peranap mendapatkan potensi dukungan suporter yang melimpah. Tetapi, harapan tersebut kandas. Rengas Sakti terjungkal oleh Sipasan, perahu andalan tuan rumah.
Baturijal saat ini telah memiliki 3 administrasi pemerintahan yakni Baturijal Hilir, Baturijal Hulu dan Baturijal Barat. Nama Baturijal sangat erat dengan perkembangan agama Islam, tetapi fakta sejarah tersebut jarang diungkap.
